Minggu, 19 Januari 2014

Jelajah Semeru

     Ketika kamu mendengar Mahameru, pasti yang terbayang adalah puncak tertinggi Jawa di ketinggian 3676 Mdpl. Wow pasti terbayang juga keindahannya kan.


     Mahameru adalah puncak dari Gunung Semeru. Terletak di kabupaten Lumajang, Jawa Timur, gunung Semeru seolah-olah menjadi magnet kuat untuk para pecinta alam. Tak pernah sepi malah bisa dibilang ramai apalagi sejak film 5cm yang mengangkatnya, Semeru semakin menjadi objek pariwisata baik dari kalangan muda sampai yang tua. Saya pun mengakui Gunung Semeru menjadi salah satu perjalanan paling indah dalam hidup saya. Tidak ada bekal apapun, saya berhasil mencapai puncak sebuah gunung untuk pertama kali. Dan itu adalah Mahameru. Dari situ saya mulai mencintai kegiatan bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
     Pengalaman ini dimulai saat salah satu teman dekat saya di Malang diajak sahabatnya muncak Gunung Semeru. Saya yang baru saja pulang dari jalan-jalan ke Suku Tengger di Bromo pun tak pelak diajak ikut. Ajakan itu pun tak ragu saya terima. Padahal sore harinya tiket kereta kembali ke Jakarta sudah di tangan saya. Akhirnya saya relakan tiketnya hangus. Mau gimana lagi, ajakan itu pasti nggak datang dua kali. 
     Tanpa persiapan latihan fisik apapun saya dan teman-teman berangkat jam 4 sore dengan memgendarai motor. Sampai di perbatasan jalur Bromo dan jalur Semeru hari suda gelap. Kami harus melewati jalanan rusak jalur semeru yang bahkan sebenarnya sudah ditutup untuk mobil. Kami sampai di Desa Ranupani yang menjadi pos untuk mulai mendaki. Saat ini sudah disediakan lapangan parkir bagi pendaki yang mmbawa kendaraan dengan tarif 4ribu/hari. 
    Esok harinya saya dan teman-teman memulai perjalanan ini. Langkah kaki ini melangkah menapaki tanah berbukit yang dikelilingi pepohonan rindang. Untuk pendaki pemula seperti saya, sudah dipastikan banyak istirahat di perjalanan. Sebenarnya yang penting jalannya yang konsisten , misalnya setiap berapa menit jalan dan iatirahat. Sedangkan saya Sedikit-sedikit duduk sambil makan cemilan atau sekadar minum. Heheee...
Pemandangan indah yang disuguhkan Semeru selalu membuat saya takjub. Alangkah indahnya ciptaan Tuhan. Jalur naik turun makin lama makin terbiasa. Istirahat sambil berfoto juga membuat lelah tak terasa. 
Waktu menunjukan jam 2 siang, rasa kantuk menyerang disela rasa lelah. Sementara teman lain ada yang melanjutkan perjalanan dan ada pula yang masih dibelakang. Saya dan seorang teman istirahat dibawah pohon yang dipinggirnya jurang. Dan kami pun tertidur. Resiko sekali yaa. Tidak tahu berapa lama tidur, kami melanjutkan kembali perjalanan yang sudah kami tempuh dari jam 10 pagi.
   
 Saya mulai cape dan bosan. Rasanya tidak sabar sampai di camp pertama. Mencoba bersabar dan melewati bukit lagi. Dan ternyata dibalik bukit terakhir yang saya lewati, terlihat surga semeru. Warna hijau tosca dan dikelilingi bukit dan alang-alang. Ranu Kumbolo! Yup danau yang menjadi surganya semeru membuat saya takjub. Dengan luas sekitar...... , rasanya pantas Ranu Kumbolo adalah surga dunia yang menjadi tempat favorit pendaki semeru. Bahkan  saya sempat teriak melihat Ranu Kumbolo dari atas bukit. Seketika pegal kaki hilang semua. Setelah mengabadikan pemandangan Ranu Kumbolo dari atas bukit, kami bergegas turun menuju camp yang terletak di pinggir danau. Danaunya memang indah, sayangnya sampah2 menggunung di pinggir2 dan tepi danau banyak nasi2 bekas cuci piring pendaki. Yaa walaupun begitu Ranu Kumbolo tidak kehilangan pesonanya. Setelah membangun tenda bersama satu tim pendaki liar lainnya saya dan tim mulai masak. Pendakian lima jam cukup membuat perut lapar. Sore menjelang kabut pun turun. Hawa Ranu Kumbolo semakin menusuk tulang. 
     Malam pun datang. Bintang memenuhi langit Ranu Kumbolo, membuat saya semakin betah disini. Bener-bener indah pakai banget dee. Suhu dingin membuat saya dan teman tim menikmati kesunyian Ranu Kumbolo di dalam tenda Sambil bersenda gurau. Dan kami pun tertidur. Saya berharap bisa bangun melihat matahari pagi di tengah-tengah Ranu Kumbolo.

    



















 Hawa mulai hangat, ternyata seisi tenda bangun saat jam sudah menunjukkan jam 7 pagi. Matahari sudah cukup tinggi dari bukit dibelakang Ranu Kumbolo. Hmmm...tidak apa-apalah. Saya masih bisa memotret keindahan pagi Ranu Kumbolo.Hingga jam 12 lewat kami beres-beres dan melanjutkan pendakian menuju camp kedua, Kalimati. Dari namanya seram yaa. Saya hanya membayangkan banyak pohon-pohon kering dengan suasana sunyi senyap. Perjalanannya bagi saya semakin sulit, karena melalui jalur sempit yang banyak menanjak. Saya disuguhkan padang lavender yang saat itu sedang kering. Di Cemoro Kandang kami istirahat dan membeli lontong dan tahu dengan sambal super pedas. Yup, sekarang Semeru ada penjual makanan yang merupakan warga setempat. Dia harus ikut mendaki untuk menjajakan makanannya kepada pendaki. Tak ayal menurut bapak penjual, dia bisa mendapatkab keuntungan sampai 100ribu sehari. Cuma yaa perjuangannya juga harus mendaki membawa bakul berisi makanan.
     Banyak porter yang juga berlalu lalang. Kebanyakan mereka membawa barang pendaki luar negeri. Pendaki naik turun hilir mudik, tak lupa saling menyapa memberi semangat. Inilah yang saya suka, keramahan diantara pendaki yang saling menyemangati. Di Kalimati saya sampai jam 4 sore. Ternyata Kalimati tidak seseram yang saya kira. Justru bunga edelweis bertebaran disamping banyaknya ilalang. Nice Spot ^^

     Malamnya jam setengah satu malam saya bersiap pendakian sesungguhnya ke Mahameru, puncak tertinggi Jawa. Hawa yang sangat dingin membuat saya mendobel celana dan jaket saya. Karena semuanya  serba dadakan, saya pun lupa membawa senter. Ini yang jangan sampai dilupakan pendaki semeru, karena malam adalah waktu mendaki ke puncak dan sangat membutuhkan penerangan senter. Alhasil saya hanya menggunakan senter dari hp dan memanfaatkan cahaya dari senter pendaki lain.
     Perjalanan kali ini lebih berat, selain melawan hawa dingin yang dua kali lipat, rasa kantuk juga menjadi musuh besar. Saya menghadapi jalur pendakian Mahameru yang sebenarnya. Pasir berbatu menjadi rintangan tersulit untu melangkah. Ditambah angin yang seperti deburan ombak di laut. cukup kencang. Berulang kali saya harus mengatur nafas dengan baik, karena dengan kemiringannya tentu akan sangat sulit dimana saya harus merangkak dan terkadang berpegangan batu besar. Belum ditambah batu-batu jatuh yang kadang berukuran kepalan tangan bahkan lebih.
     Hampir kehilangan semangat saya berkali-kali istirahat bahkan hampir tertidur. Saya sempat berpikir untuk turun lagi karena nggak sanggup, tapi setiap menengok keatas, semangat saya bangkit lagi. Lima jam berada di pasir berbatu, akhirnya saya sampai di MAHAMERU!!! Saya berteriak tidak percaya bahwa saya berdiri di tanah tertinggi pulau Jawa. Pemandangan yang indah membuat saya bersyukur pada Tuhan bahwa saya diberi kesempatan melihat kekuasaanNya.

PARADISOO SEMERUUUU.....!!!





Rabu, 08 Januari 2014

Kearifan Suku Tengger


    Hello Traveler,,

    Kali ini saya ingin mengulas sedikit tentang salah satu kekayaan budaya bangsa kita. Wilayahnya masih sekitaran Gunung Bromo. Sebuah suku unik yang masih terus menjaga budayanya.


Masyarakat Tengger biasa menggunakan
sarung penutup badan untuk melindungi dari hawa dingin.
(Karnyoto, Desa Jetak, Probolinggo)
    Kalau kita mengunjungi Bromo, pasti kita tidak akan lupa pada suku yang mendiami kawasan sekitarnya. Yup Suku Tengger. penggalan dari Roro Anteng dan Joko Seger, Tengger merupakan salah satu suku di Indonesia yang hidup di dataran tinggi kawasan sekitar Gunung Bromo. Menyebar di 4 kabupaten di Jawa Timur, yaitu, Pasuruan, Probolinggo, Malang, dan Lumajang. Suku Tengger hingga saat ini terkenal masih melestarikan budaya leluhur mereka. Walaupun hidup di zaman serba modern seperti sekarang, namun suasana kehidupan mereka masih sangat kental dengan adat istiadat aslinya.
    Mayoritas penduduknya beragama Hindu Tengger. Namun seiring berkembangnya zaman, mulai masuk agama-agama lain seperti Islam, Kristen, dan, Budha. Namun dengan keberagamannya ini, suku tengger tidak kehilangan identitasnya. Justru menjadi suku yang tetap menjunjung tinggi toleransi beragama.Mereka tetap hidup damai dengan jalinan harmonisasi kehidupan. 
    Yang menarik bagi saya, saat mengunjungi Suku yang khas dengan kain sarung menutupi badan ini adalah suasana Indonesia yang ramah dan arif sangat kental terasa. Membuat kita semakin mengingat bahwa inilah Indonesia dengan keramahtamahan dan kearifan lokal. Serta menjunjung tinggi toleransi beragama.

     Seluruh suku tengger tetap melaksanakan upacara-upacara adat mereka. Walaupun bukan umat hindu. Upacara-upacara besar Suku Tengger yang paling terkenal adalah Upacara Yadnya Kasadha. Upacara ini sebagai wujud rasa syukur atas hasil alam kepada Sang Hyang Widhi. Upacaranya dilakukan dengan melemparkan hasil bumi ke kawah diatas puncak Gunung Bromo. Ini juga mengingatkan pada sejarah leluhur mereka Roro Anteng dan Joko Seger yang merelakan melempar anaknya ke dalam kawah sebagai bentuk sesaji atas apa yang diminta pasangan tersebut.
Pada upacara Unan-unan masyarakat Tengger
 akan membawa sesaji menuju tempat yang disucikan
di masing-masing desa.
 (Desa Ngadirejo, Probolinggo)
    Selain Kasada, ada pula upacara Unan-unan yang biasa diadakan 5 tahun sekali.Dalam upacara Unan-unan dilakukan penyucian bersih desa, yakni membebaskan desa dari gangguan makhluk halus atau bhutakala sebagai tolak-balak serta permohonan penyucian agar terhindar dari segala penyakit dan penderitaan serta terbebas dari segala malapetaka. Masih banyak upacara lain seperti, Karo  Melasti, Entas-entas, dsb. (Upacara-upacara Suku Tengger akan dibahas di post selanjutnya)
     Jadi berkunjunglah ke Tengger untuk merasakan Indonesiamu sesungguhnya.  Rute perjalanannya pun sama seperti menuju bromo. Banyak pula homestay murah yang bisa anda jadikan tempat menginap untuk bisa lebih menyatu dengan masyarakat Tengger. Cobala untuk lebih ramah siapa tahu biaya menginap anda bisa lebih murah. Karena saya sudah berkali-kali mengunjungi Suku Tengger, saat ini justru rumah pemiik homestay tempat saya sering menginap tidak memungut biaya sama sekali untuk saya menginap. Paling-paling hanya kesadaran untuk memberi imbalan makan selama disana. SO ENJOY WITH INDONESIAN CULTURE!!

Salam Budaya Indonesia.


Mata pencaharian utama masyarakat Tengger adalah
bertani. Dengan komoditi utama kentang, kubis, dan jagung

Berpose bersama anak-anak kecil Tengger
 di Desa Jetak.So Funny, I love them :*






















Lautan Pasir Pesona Bromo

    Kawasan gunung Bromo nan cantik yang dihiasi barisan bukit dan lautan pasir masih menjadi objek wisata favorit Jawa Timur. Terletak di tengah-tengah 4 kabupaten yaitu Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang menjadikan Gunung Bromo menjadi gunung yang cukup mudah dijangkau. Lazimnya wisatawan menggunakan mobil jeep untuk mengarungi lautan pasir luas sekitar gunung. Namun tak jarang, wisatawan yang nekat menggunakan sepeda motor untuk menikmati keindahan dari jarak dekat. Walaupun harus nekat beradu dengan pasir yang kadang bisa bikin motor mogok loh.
   Tiga kali mengunjungi gunung ini, rasanya Bromo tidak pernah luntur keindahannya bagi saya. Gunung Bromo selalu memberikan sensasi WOW dari setiap sisinya. Keindahan samudera di atas awan dapat dirasakan saat matahari terbit dari kawasan Pananjakan. Spot satu ini, selalu ramai saat detik-detik matahari mengeluarkan semburat cahayanya. Berbekal jaket tebal karena suhu yang cukup dingin di kawasan tersebut. Dan tak lupa sebuah kamera untuk mengabadikannya.

    Walaupun bukan gunung dengan pendakian ekstrem, untuk mencapai puncak Gunung Bromo pun dibutuhkan tenaga ekstra, menaiki gunung pasir yang juga ditambah dengan anak tangga sebelum sampai puncak. Cukup membuat nafas terengah-engah loh. Tiba di puncak Bromo, kita dihadapkan pada lubang kawah yang masih mengeluarkan asapnya. Disamping itu kita bisa melihat Gunung Batok yang berdiri dengan gagahnya tepat disamping Gunung Bromo.


    Lautan pasir yang mengelilingi gunung ini menambah keindahan ciptaan Tuhan ini. Dengan luas sekitar 5500 km persegi, lautan pasir Bromo memberikan nuansa tersendiri bagi penikmatnya. Disekitarnya juga terdapat bukit-bukit berbaris, anda akan semakin terpukau dengan keindahan menakjubkan Bromo. Hamparan rumput di dataran berbukit dengan pepohonan teduh bersalut kabut dan padang savana yang terbentang sungguh merupakan santapan adem bagi mata. 
    Selain menawarkan wisata keindahan alam, kawasan Gunung Bromo juga menawarkan wisata rohani. Tepat di bawah gunung, Pura Luhur Poten menjadi pusat peribadatan umat Hindu Suku Tengger, suku yang mendiami sekitar kawasan Bromo. Banyak upacara-upacara adat yang digelar di pura dan Gunung Bromo, salah satunya yang terkenal adalah Upacara Yadnya Kasadha, yaitu upacara wujud syukur Suku Tengger pada Sang Hyang Widhi sekaligus mengenang sejarah leluhur mereka Joko Seger dan Roro Anteng. 
    Bagi anda yang ingin mencari suasana yang membuat anda lebih fresh dari rutinitas, silahkan mencoba merasakan alam bumi Bromo.Sampai saat ini, wisata Gunung Bromo masih menjadi alternatif favorit liburan wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. 

Salam Traveling..

Selasa, 07 Januari 2014

My Life My Traveling

Detik terus berjalan, jarum jam terus berputar, dan hari pun terus berganti. Banyak hal yang akan kita temukan sebagai bumbu kehidupan. Pengalaman inilah yang nantinya akan menjadi cerita bagi anak cucu kita.
Hidup pada dasarnya adalah untuk menuju pada kebahagiaan. Kebahagiaan sebenarnya sederhana. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membuat diri ini merasakan hakikat kebahagiaan. Salah satunya seperti yang sering saya lakukan adalah traveling. Traveling membuat saya lebih bahagia dengan menikmati daerah lain dimana kita akan menemukan pengalaman dan suasana baru.
Salam Traveling..